Juraij merupakan seorang yang mengabdikan dirinya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT dan rela meninggalkan segala kekayaannya untuk membangun tempat ibadah di sebuah bukit.
Suatu ketika saat ia sedang melaksanakan ibadah solat sunnah, sang ibu pun datang menghampiri Juraij dan memanggil dirinya, “Wahai Juraij, aku ibumu, kemarilah dan berbicaralah padaku”. Juraij yang mendengar suara sang ibu pun bimbang apakah ia harus melanjutkan sholatnya atau menemui ibunya. Dalam kebimbangannya Juraij pun melanjutkan solatnya hingga sang ibu pergi meninggalkan Juraij.
Keesokan harinya kejadian tersebut terulang kembali. Sang ibu pun datang menemui Juraij saat ia sedang melaksanakan shalat sunnah. Juraij pun tetap melanjutkan sholatnya dan mengabaikan panggilan sang ibu hingga kejadian tersebut terulang kembali pada hari ketiga ibunya datang menghampiri Juraij. Dalam keputusasaannya sang ibu pun berdoa “Semoga Allah SWT tidak mewafatkanmu Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan wanita penggoda”.
Selang beberapa waktu datanglah seorang wanita yang menggoda Juraij untuk berzina, akan tetapi Juraij tidak terpengaruh sedikitpun oleh wanita tersebut. Wanita penggoda itu pun tak menyerah dan berganti menggoda seorang pengembala yang sedang bersemayam di tempat ibadah Juraij untuk berzina. Dari perbuatan tersebut menghasilkan seorang anak yang akhirnya digunakan oleh wanita penggoda untuk memfitnah Juraij. Wanita penggoda mengatakan bahwa anaknya adalah buah hasil berzina dengan Juraij. Masyarakat yang mendengar hal tersebut marah kepada Juraij dan menghancurkan tempat ibadah yang telah dibangun oleh Juraij.
Juraij pun bertanya, “Kenapa masyarakat marah dan menghancurkan tempat ibadahnya?”. Lalu masyarakat pun menjawab, “Mereka marah dikarenakan Juraij telah melakukan dosa dengan berzina dengan seorang wanita dan menghasilkan seorang anak”. Juraij yang mendengar hal tersebut, meminta bertemu dengan anak yang diceritakan. Atas pertolongan Allah saat melihat anak tersebut Juraij menepuk pelan pundak anak tersebut seraya bertanya “Siapakah ayahmu?”. Lalu anak tersebut pun menjawab “Ayah saya adalah seorang sang pengembala”.
Setelah itu masyarakat tersebut yang telah menghancurkan tempat ibadah, Juraij pun meminta maaf dan berjanji akan membangun kembali tempat ibadah tersebut. Akan tetapi Juraij tidak menginginkan hal tersebut dan meminta membiarkan tempat usaha tersebut rata dengan tanah.
Dari cerita tersebut kita dapat menarik kesimpulan janganlah membuat hati orang tua terluka dan doa orang tua terutama ibu mudah di ijabah oleh Allah.
Belajar ngaji? Di Maungaji.co.id aja..